Pada tanggal 6 November 2024, Pusat Layanan Konseling dan Disabilitas (PLKD) Lembega Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) memberikan layanan Bimbingan Konseling (BK) bagi para mahasiswa peserta MBKM Outbond Semester Gasal Tahun Akadmik 2024/2025. Mahasiswa MBKM Outbond UNEJ semester gasal in terdiri dari 600 an mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7 dan 200an Kampus Mengajar (KM). Berhubung kegiatan MBKM BKP MSIB dan KM ini bersifat outbond diluar kampus, maka proses BK dilakukan secara daring. Kegiatan ini diharapkan untuk memberikan pemahaman literasi pada mahasiswa MBKM tentang Kesehatan mental dan bagaimana menganganinya selama mengikuti pembelajaran diluar kampus ungkap Koordinator PLKD LPMPP oleh Prof. Ns. Tantut Susanto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph.D.
Pada kegiatan layanan BK untuk mahasiswa MBKM Outbound UNEJ ini dipaparkan tentang permasalahan Kesehatan mental pada mahasiswa, tutur anggota pusat PLKD LPMPP UNEJ, Sari Dewi Purwanti, S.Sos., M.Kessos. Sementara itu, jumlah kasus kesehatan mental di kalangan mahasiswa di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Berdasarkan beberapa penelitian dan survei yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 20-30% mahasiswa mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, atau stres. Namun, angka ini bisa bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, jenis perguruan tinggi, dan program studi. Penting untuk dicatat bahwa banyak mahasiswa enggan melaporkan masalah kesehatan mental mereka karena stigma, sehingga angka yang sebenarnya mungkin lebih tinggi. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mental sangat diperlukan.

Data spesifik mengenai jumlah kasus kesehatan mental mahasiswa yang terlibat dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) di Indonesia masih terbatas. Namun, berdasarkan jabaran anggota PLKD LPMPP UNEJ lainnya, Ns. Fitrio Deviantony, M.Kep. menyebutkan beberapa studi menunjukkan bahwa mahasiswa secara umum, termasuk mereka yang mengikuti program MBKM, menghadapi risiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental. Beberapa survei menyebutkan bahwa sekitar 20-30% mahasiswa mengalami gejala kesehatan mental, dengan angka ini cenderung meningkat selama periode stres tinggi, seperti saat menjalani program MBKM yang intensif. Masalah seperti kecemasan, depresi, dan stres dapat diperburuk oleh tuntutan akademik dan penyesuaian di lingkungan baru. Mengingat pentingnya data yang lebih akurat, banyak institusi pendidikan mulai melakukan survei dan penelitian untuk memahami lebih baik dampak kesehatan mental pada mahasiswa MBKM. Upaya untuk menyediakan layanan bimbingan dan dukungan kesehatan mental menjadi semakin penting dalam konteks ini.

Layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) sangat penting. Dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling yang efektif, institusi pendidikan dapat membantu mahasiswa mencapai potensi penuh mereka selama menjalani program MBKM.Masalah kesehatan mental mahasiswa dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) juga menjadi perhatian penting. Mahasiswa mungkin merasa tertekan untuk memenuhi tuntutan akademik dan non-akademik dalam program MBKM, seperti magang, proyek, dan kegiatan lainnya. Bbeerapa mahasiswa MBKM juga mengalami kesulitan penyesuaian dan beradaptasi dengan lingkungan baru di tempat magang atau proyek sering kali menimbulkan rasa cemas dan kurang percaya diri. Dilain sisi, mahasiswa MBKM juga memiliki keterbatasan waktu, dimana banyaknya tugas dan tanggung jawab dalam MBKM dapat mengakibatkan mahasiswa merasa kewalahan, menyebabkan stres yang berkepanjangan.


Lebih lanjut, pengalaman di luar kampus dapat membuat mahasiswa merasa terasing dari teman-teman mereka, yang sebelumnya menjadi sumber dukungan sosial dan tekanan untuk tampil baik di lingkungan baru dapat mengakibatkan masalah citra diri dan rendahnya harga diri. Hal tersebut dapat mengakibatkan permasalahan keseimbangan kehidupan mahasiswa dalam mengelola waktu antara kuliah, magang, dan kegiatan lainnya bisa menjadi tantangan, yang berdampak negatif pada kesehatan mental. Sementara itu, menurut Ns. Yeni Fitria, M.Kep. mengatakan bahawa masih ada stigma di kalangan mahasiswa mengenai masalah kesehatan mental, membuat mereka enggan untuk mencari bantuan. Untuk mengatasi masalah ini, perguruan tinggi perlu menyediakan layanan bimbingan dan konseling yang mudah diakses, mengadakan program kesadaran kesehatan mental, serta menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif bagi mahasiswa MBKM. Oleh karenaitu, Universitas Jember melalui PLKD selalu responsive dalam menyediakan layanan BK bagi seluruh mahasiswa di Universitas.

