Dihadiri 5000 Mahasiswa, Universitas Jember Gelar Kuliah Umum Menghidupkan Pancasila Di Era Digital

Jember, 9 Oktober 2025 — Dalam upaya memperkuat nilai kebangsaan di kalangan mahasiswa, Universitas Jember menggelar Kuliah Umum Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) bertajuk “Generasi Muda dan Tantangan Kebangsaan: Menghidupkan Pancasila di Era Digital.” Acara yang dilaksanakan secara luring di Gedung Auditorium UNEJ serta disiarkan secara langsung melalui YouTube Universitas Jember ini menghadirkan Yudi Latif, Ph.D. sebagai pembicara utama dan dihadiri oleh kurang lebih 5.000 mahasiswa dari berbagai fakultas yang menempuh Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK).

Kegiatan diawali dengan penyampaian laporan oleh Kepala LPMPP Universitas Jember, Prof. Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H., yang menekankan pentingnya penguatan karakter kebangsaan melalui pendidikan nilai di perguruan tinggi. Dalam laporannya, beliau menyampaikan bahwa “kuliah umum ini bukan sekadar agenda akademik, tetapi bagian dari tanggung jawab moral universitas untuk menyiapkan generasi muda yang cerdas secara intelektual dan berintegritas secara moral.”

Acara kemudian secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Jember, Prof. Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D., yang dalam sambutannya menyampaikan harapan agar kegiatan ini mampu menginspirasi mahasiswa untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. “Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tetapi untuk dihidupkan dalam tindakan nyata, termasuk di ruang digital tempat mahasiswa berinteraksi setiap hari,” ujarnya.

Sesi kuliah umum dipandu oleh Dr. Selfi Budi Helpiastuti, S.Sos., M.Si. sebagai moderator, yang dengan hangat menghubungkan gagasan narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta.

Dalam pemaparannya, Yudi Latif, Ph.D. menegaskan bahwa di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, nilai-nilai kebangsaan mudah terkikis jika tidak diperkuat melalui pendidikan ideologis yang mendalam. “Modernisasi tanpa moralitas hanya akan melahirkan generasi canggih tetapi kehilangan arah,” tegasnya. Ia menekankan bahwa Pancasila harus dijadikan etika kebangsaan yang hidup, menjadi fondasi moral bagi seluruh aspek kehidupan — baik di ruang nyata maupun ruang maya. Lima sila Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai pedoman normatif, tetapi juga harus diaktualisasikan dalam perilaku sehari-hari.

Lebih lanjut, Yudi Latif menjelaskan lima jalur pembudayaan Pancasila, yaitu: pemahaman, inklusi sosial, keadilan sosial, pelembagaan, dan keteladanan. Melalui jalur-jalur tersebut, Pancasila diharapkan tidak hanya menjadi bagian dari wacana akademis, tetapi benar-benar hidup dalam tindakan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyoroti tantangan strategis bangsa yang tengah dihadapi, seperti menurunnya pemahaman ideologi, polarisasi identitas, ketimpangan sosial-ekonomi, lemahnya pelembagaan nilai kebangsaan dalam kebijakan publik, serta minimnya keteladanan di ruang publik. Menurutnya, generasi muda harus memiliki literasi digital dan moral yang kuat agar mampu memilah informasi, berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa, serta menjadi motor penggerak kemajuan sosial.

Yudi Latif menekankan bahwa transformasi sosial berbasis Pancasila hanya dapat terwujud melalui demokrasi yang sehat (healthy democracy), yakni demokrasi yang berakar pada moralitas publik dan berorientasi pada kemaslahatan bersama. Ia mencontohkan tokoh-tokoh seperti Farha Ciciek dari Komunitas Tanoker di Jember dan Bambang Irianto dari Kampung 3G (Glintung Go Green) di Malang, sebagai figur nyata yang berhasil menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam gerakan sosial yang kreatif dan berdampak luas.

Antusiasme mahasiswa tampak tinggi sepanjang acara. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan kritis dan berdiskusi aktif dengan narasumber. Atmosfer intelektual yang hidup menunjukkan besarnya minat mahasiswa untuk memahami kembali makna Pancasila di tengah dinamika era digital.

Dengan digelarnya kuliah umum ini, Universitas Jember berharap agar mahasiswa tidak hanya menjadi konsumen informasi digital, tetapi juga agen perubahan yang membawa nilai-nilai Pancasila dalam perilaku nyata di dunia maya maupun kehidupan sosial. Semangat kebangsaan yang kokoh di kalangan generasi muda diharapkan dapat menjadi pondasi kuat dalam menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan global yang terus berkembang (PIPP).