SEMINAR AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI DIGELAR DI UNIVERSITAS JEMBER

Jember – Universitas Jember menggelar seminar bertajuk Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Perguruan Tinggi pada Kamis, 20 Februari 2025, bertempat di Gedung Soejarwo. Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini menghadirkan narasumber utama Prof. Yudi Latief, M.A., Ph.D., serta dihadiri oleh pimpinan dekanat dan dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK). Seminar ini bertujuan sebagai bentuk penyegaran bagi para pengajar MKWK dalam memberikan pembelajaran yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada mahasiswa.

Dalam sambutannya, Drs. Albert Tallapessy, M.A., Ph.D., selaku Kepala Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) Universitas Jember, menekankan pentingnya seminar ini sebagai sarana peningkatan kompetensi pengajar dalam membentuk karakter mahasiswa yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan Universitas Jember, Prof. Drs. Slamin, M.Comp., Ph.D., menegaskan bahwa aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus terus ditanamkan kepada mahasiswa di tengah dinamika globalisasi. Menurutnya, pemahaman Pancasila yang kuat dapat membentuk individu yang berintegritas, memiliki kesadaran sosial yang tinggi, serta mampu menghadapi tantangan era digital dengan tetap berpegang pada prinsip kebangsaan.

Seminar ini dimoderatori oleh Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Dalam pemaparannya, Prof. Yudi Latief menguraikan berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi. Ia menjelaskan bahwa globalisasi membawa dampak pada ekstensifikasi dan intensifikasi relasi antar-manusia, antar-kelompok, dan antar-bangsa secara mondial. Dalam kondisi ini, pluralisasi baik secara eksternal maupun internal menjadi suatu keniscayaan, sehingga diperlukan upaya menemukan common ground atau titik temu yang dapat memperluas kepentingan bersama (common good).

Lebih lanjut, Prof. Yudi Latief juga menyoroti pentingnya memperluas konektivitas dan inklusivitas yang terefleksi dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, membangun kebersamaan harus dilandasi oleh ikatan moral komunitas atau shared values. Dalam konteks media sosial, jaringan konektivitas yang semakin luas harus mampu menyatukan berbagai kepentingan pribadi dan kelompok ke dalam suatu komunitas persaudaraan yang berlandaskan rasa saling percaya (mutual trust). Konektivitas dan inklusivitas ini perlu diperkuat oleh kesamaan basis moralitas agar dapat menjadi kekuatan kolektif yang kohesif.

Prof. Yudi Latief juga menekankan bahwa etika dan moralitas memiliki peran krusial. Ia mengutip John Gardner (1992) yang menyatakan bahwa tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran tanpa memiliki keyakinan terhadap suatu nilai yang memiliki dimensi moral guna menopang peradaban besar. Bisnis, sebagai aktivitas sosial, juga tidak bisa lepas dari imperatif moral, karena bertindak etis akan menciptakan kepercayaan (trust), yang pada akhirnya membangun hubungan kuat dan menghasilkan nilai tambah yang berkelanjutan.

Di akhir pemaparannya, Prof. Yudi Latief menguraikan enam nilai inti moral publik menurut Jonathan Haidt (2012), yaitu care (kepedulian terhadap keselamatan bersama), fairness (keadilan dan kepantasan), liberty (kebebasan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia), loyalty (kesetiaan pada institusi dan tradisi bersama), authority (respek terhadap otoritas yang disepakati bersama), serta sanctity (menghormati nilai-nilai yang dianggap paling suci). Keenam nilai ini menjadi landasan penting dalam memperkuat karakter bangsa yang berbasis pada Pancasila.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi wadah refleksi bagi para pengajar di perguruan tinggi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat tertanam kuat dalam diri mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan.